Di dalam Surat Al-'Ashr, Allah Swt, Tuhan kita, Tuhan semesta alam, berjanji secara tegas dengan mengatas-namakan masa atau waktu. Secara eksplisit bisa kita jelaskan bahwasanya Allah memberi petunjuk kepada kita bahwa waktu amatlah begitu penting bagi umat manusia dan kesuksesan seseorang itu amat erat kaitannya dengan waktu. Jadi bisa kita simpulkan juga bahwa kualitas diri seseorang itu bisa kita lihat dari bagaimana ia menyikapi waktu.
Waktu tak akan pernah bisa kembali. Tak akan pula
kita bisa menghentikannya, memperlambatnya, atau mempercepatnya (kayak dvd player aja). Waktu diberikan oleh Allah swt. sama 1 hari ada 24 jam. Ada seseorang yang dalam 24 jam itu mampu mengurus sebuah organisasi, ada yang mampu memimpin perusahaan, ada pula yang mampu mengurus negara, namun ada juga yang mengurus dirinya sendiri saja ia tidak sanggup. (na'udzubillahimindzalik). Kawan, orang yang sukses dan orang yang gagal memiliki waktu yang sama, 1 hari 24 jam. Saya dan kawan pembaca juga sama. Kita dan San Diaga Uno atau Bob Sadino juga sama. Kita dan M. Anis Matta, sama. (Kita dan Satpam juga sama 1 x 24 jam tamu harap lapor). Kita dan nabi Muhammad saw. juga sama 1 hari 24 jam. Tapi mengapa nasib kita berbeda-beda??? Boleh jadi salah satu faktor penting yang mempengaruhinya adalah bagaimana cara kita bersikap terhadap waktu.
Waktu akan menghakimi orang yang menggunakannya. Orang yang setiap saat menggunakan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna maka ia akan menjadi orang yang tidak berguna. Jika waktu digunakan untuk hal-hal yang sia-sia, maka ia akan menjadi sampah. Sebaliknya jika waktu digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat maka ia akan menjadi orang yang bermanfaat. Rasulullah saw. bersabda "Min husnil islamil mar'i tarkuhu maa laa ya'nih" diantara tanda / ciri-ciri seorang muslim yang baik adalah meninggalkan hal yang sia-sia / tidak bermanfaat bagi dirinya.
Kita sebagai seorang muslim dituntut untuk bisa bersikap sensitif terhadap waktu. Islam mengajarkan kita untuk Shalat 5 waktu dalam sehari, ini menggambarkan bahwa kesuksesan itu sangat dekat kepada orang-orang yang sensitif terhadapp waktu. Semakin ia menghargai waktu, maka semakin bernilai waktu-waktu yang ia lalui. Semakin sering ia melihat waktu, maka itu membuktikan bahwa ia adalah orang yang sangat menghargai waktu. Semakin jarang ia melihat waktu, bisa dikatakan bahwa orang tersebut belum menganggap waktu itu begitu penting. Seseorang yang tidak menganggap penting sesuatu yang penting bagi dirinya, bisa dikatakan bahwa ia telah menyia-nyiakan nila-nilai yang berharga bagi dirinya sendiri. Hasil penelitian mengatakan orang yang sering memperhatikan waktu, akan lebih mempunyai waktu yang efektif dan lebih bermakna. Hasil penelitian, orang yang tidak memiliki jam biasanya akan lebih sering menyia-nyiakan waktunya. Bagaimana orang tersebut ingin mengetahui waktu, untuk mencari tahu waktu saja ia sudah kehilangan waktu. Pertanyaan orang yang tidak memiliki jam pasti sama, "Jam berapa sih sekarang?" "kam is sa'ah??" (bahasa arab), "jam sabaraha euy??" (red. sunda). Saya meminta maaf sebelumnya, saya tidak bermaksud menyinggung kawan pembaca yang belum ingin memiliki jam, tapi saya bermaksud meluruskan bahwa kita sebagai seorang muslim yang baik seharusnya memiliki pemahaman bahwa kita tidak menginginkan kehilangan satu jam, satu menit, atau satu detik pun yang berharga dalam kehidupan kita. Sehingga ketika kita sudah terbiasa sensitif terhadap waktu, maka sesungguhnya kesuksesan sedang mengunggu untuk datang menghampiri kita.
Sebagai seorang muslim yang baik seharusnya kita harus beranggapan bahwa setiap satu satuan waktu adalah satu satuan amal. Jadi jangan sia-siakan waktu umur hidup kita dengan perbuatan-perbuatan yang sia-sia. Penuhilah waktu-waktu kita dengan amalan-amalan terbaik kita. Jangan sampai kita menyesal pada akhirnya. Karena Allah hanya memberikan kita pilihan pada permulaan, tapi tidak memberikan kita pilihan pada akhiran.
Sekian dulu,
By
Rzk
Inspired by ceramah Aa Gym
Sunday, April 21, 2013
Menghargai Waktu
0
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No Response to "Menghargai Waktu"
Post a Comment